Tempat Wisata TerFaVorit
-
Almagfurullah Maulana Syekh Abdul Majid, Pendiri organisasi Nahdatul Wathan.
-
Makam Keramat Batu Layar yang berada di kawasan pantai Senggigi, letaknya sekitar 10 Km dari kota Mataram
-
Dikutip dari buku karya karya Ir. H. Lalu Djelenga berjudul " Keris di Lombok "halaman 340 perihal / pemaje. Pemaje "Adalah a...
-
A. Selayang Pandang Kalau Anda mengenal sentra indrustri kerajinan seni gerabah di Desa Kasongan, Yogyakarta, maka di Kabupaten Lombok Ba...
-
Pantai Ampenan di Pulau Lombok terlihat begitu tenang. Deburan ombak bergulung berkejaran
-
Wali Nyatoq adalah waliyullah yang sangat melegenda di Pulau Lombok, lebih-lebih dikalangan masyarakat Lombok Tengah atau tepatnya di desa R...
-
Banyak hal yang menarik untuk dibicarakan mengenai kehidupan di pulau Lombok, khususnya mengenai sejarah asal usul masyarakat, kerajaan yang...
-
A. Selayang Pandang Pulau Lombok merupakan tempat yang ideal untuk melepaskan kejenuhan setelah lelah beraktivitas dan bosan dengan hiruk pi...
-
Tari Gandrung 1. Asal-usul Tari Gandrung merupakan sebuah tarian yang kini berkembang di tiga daerah, yaitu Banyuwa...
-
Air Terjun Benang Setokel terletak di bagian selatan kaki Gunung Rinjani dengan panorama alam yang sangat menarik tepatnya di Desa Aik Berik...
DAFTAR ISI
About Me
Diberdayakan oleh Blogger.
Perempuan Sasak Terakhir
![Perempuan Sasak Terakhir](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinUMFx2G-sC6vgtw97SLLgz0GLqXNaBpfdhbr0dnYH_NDDdzmodZwIW8pKbYCs9ooJfPuTXXrivgYgTAsu_GTJHXHtlHmvEoaMvsGX72oLZcIjzKeFd7nWm171BTVzAEVM41UpMmyZ_7q5/s327/posterpstkecil.jpg)
Film yang mempromosikan Budaya dan Pariwisata di Pulau Lombok
Sabtu, 17 September 2011
Kebudayaan dapat dijadikan sebagai tolok ukur kepribadian dan kebiasaan rakyat setempat atau suatu daerah. Begitu juga peresean yang merupakan permainan adat Lombok. Peresean adalah pertarungan antara dua orang yang bersenjatakan alat pemukul (sebilah tongkat) dari rotan (penjalin) dengan tameng dari bahan kulit sapi/kerbau. Peresean juga bagian dari upacara adat di pulau Lombok dan termasuk dalam seni tarian suku sasak. Seni peresean ini menunjukkan keberanian dan ketangkasan seorang petarung (pepadu), kesenian ini dilatar belakangi oleh pelampiasan rasa emosional para raja dimasa lampau ketika mendapat kemenangan dalam perang tanding melawan musuh-musuh kerajaan, disamping itu para pepadu pada peresean ini mereka menguji keberanian, ketangkasan dan ketangguhan dalam bertanding.
Para orang tua pada jaman dulu menghajatkan peresean ini untuk meminta hujan. Darah para pepadu yang jatuh ke tanah dikatakan simbol akan terkabulkannya permohonan turunnya hujan. Peresean sendiri dikatakan telah ada sejak ratusan tahun silam yang muncul pada zaman kerajaan Lombok. Dulunya, para petinggi kerajaan menggelar peresean untuk menarik orang datang ke kerajaan.
Pada awalnya perisaian dilakukan hanya untuk menguji kemampuan ilmu seseorang yang dalam prakteknya menggunakan pedang. Sesuai dengan perkembangan zaman maka perisaian dalam permainannya memakai rotan yang ujungnya diberi campuran aspal dan pecahan beling yang ditumbuk halus disebut penjalin. Alat yang menangkis, menepis atau melindungi diri dari pukulan penjalin disebut ende. Ende terbuat dari kulit sapi atau kerbau. Pakaian pemain dilengkapi sapuq (penutup kepala) dan kain panjang.
Seiring perkembangan zaman, peresean dijadikan sebagai permainan rakyat yang lebih identik dengan olah raga laki-laki. Sebab olahraga satu ini betul-betul menuntut sportifitas pemain. Maksudnya, mengalami luka sabetan sampai bocor sekalipun tidak bisa menyulut dendam antar pemain. Bahkan sampai saat ini belum ada peresean yang menyebabkan keributan antar kelompok masyarakat.
Perisaian pada zaman dahulu dilaksanakan setelah selesai panen di malam hari saat bulan purnama. Perisaian dilakukan oleh dua orang laki – laki yang diadu oleh pengembar dan seorang juri yang akan memberikan nilai. Seorang pemain dinyatakan kalah apabila sudah keluar darah dari kepala yang disebut bocor atau dinyatakan kalah oleh juri.