Tempat Wisata TerFaVorit
-
Almagfurullah Maulana Syekh Abdul Majid, Pendiri organisasi Nahdatul Wathan.
-
Makam Keramat Batu Layar yang berada di kawasan pantai Senggigi, letaknya sekitar 10 Km dari kota Mataram
-
Dikutip dari buku karya karya Ir. H. Lalu Djelenga berjudul " Keris di Lombok "halaman 340 perihal / pemaje. Pemaje "Adalah a...
-
A. Selayang Pandang Kalau Anda mengenal sentra indrustri kerajinan seni gerabah di Desa Kasongan, Yogyakarta, maka di Kabupaten Lombok Ba...
-
Pantai Ampenan di Pulau Lombok terlihat begitu tenang. Deburan ombak bergulung berkejaran
-
Wali Nyatoq adalah waliyullah yang sangat melegenda di Pulau Lombok, lebih-lebih dikalangan masyarakat Lombok Tengah atau tepatnya di desa R...
-
Banyak hal yang menarik untuk dibicarakan mengenai kehidupan di pulau Lombok, khususnya mengenai sejarah asal usul masyarakat, kerajaan yang...
-
A. Selayang Pandang Pulau Lombok merupakan tempat yang ideal untuk melepaskan kejenuhan setelah lelah beraktivitas dan bosan dengan hiruk pi...
-
Tari Gandrung 1. Asal-usul Tari Gandrung merupakan sebuah tarian yang kini berkembang di tiga daerah, yaitu Banyuwa...
-
Air Terjun Benang Setokel terletak di bagian selatan kaki Gunung Rinjani dengan panorama alam yang sangat menarik tepatnya di Desa Aik Berik...
DAFTAR ISI
About Me
Diberdayakan oleh Blogger.
Perempuan Sasak Terakhir
![Perempuan Sasak Terakhir](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinUMFx2G-sC6vgtw97SLLgz0GLqXNaBpfdhbr0dnYH_NDDdzmodZwIW8pKbYCs9ooJfPuTXXrivgYgTAsu_GTJHXHtlHmvEoaMvsGX72oLZcIjzKeFd7nWm171BTVzAEVM41UpMmyZ_7q5/s327/posterpstkecil.jpg)
Film yang mempromosikan Budaya dan Pariwisata di Pulau Lombok
Rabu, 31 Agustus 2011
Lombok adalah sebuah pulau di Nusantara yang berada di sebelah timur pulau Bali. Masuknya Islam ke Lombok sekitar abad ke-14 tidak jauh berbeda dengan daerah sekitarnya, seperti Makasar, Buton, Bone, Sumbawa, dan pulau-pulau lainnya di sekitar Nusa Tenggara. Menurut Raden Itarawan (1998), Islam masuk ke Lombok dibawa oleh Sunan Giri bersama dengan 44 pengikutnya ketika terdampar di desa Bayan yang penduduknya masih menganut paham animisme. Penyebaran Islam di Lombok ditandai oleh peninggalan Masjid "Belek" di Bayan.
Dari sinilah, Islam di Lombok terus berkembang sebagai agama yang dianut oleh masyarakat. Perkembangan Islam di Lombok seiring dengan kemunculan para penyebar Islam (juru dakwah) seperti apa yang penah diajarkan Sunan Giri untuk membebaskan masyarakat dari paham animisme menjadi masyarakat Muslim. Pada gilirannya, lahirlah sosok-sosok ulama Lombok pada awal abad ke-20 yang disebut Tuan Guru yang memiliki pengetahuan agama yang luas untuk meneruskan tradisi dakwah dari para pendahulunya yang telah meninggalkan warisan intelektual yang sangat berharga serta membebaskan masyarakat dari kebodohan dan keterbelakangan akibat kolonialisme Belanda.
Misi penyebaran Islam yang dulunya diwakili oleh para Wali Jawa diambil alih oleh Tuan Guru yang dibarengi pula pertumbuhan pondok pesantren yang menyedot banyak pengikut dari segala penjuru dan dari luar pulau Lombok. Perjuangan Tuan Guru diarahkan untuk mensucikan Islam dari unsur-unsur kepercayaan lain dengan menganjurkan kembali pada al-Qur'an dan Hadits sebagai sumber pedoman Islam yang utama (Erni Budiawanti (2000).
Dalam konteks ini, muncullah seorang ulama terkenal di Lombok, yakni Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid yang dilahirkan di Kampung Bermi Pancor, Lombok Timur pada tanggal 17 Rabiul Awwal 1324 H/1906 M. Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin AM dibesarkan di tengah-tengah keluarga religius dan sangat dihormati masyarakat. Berdasarkan penelitian doktoral yang dilakukan Erni Budiawanti (2000), TGH Muhammad Zainuddin AM termasuk salah seorang ulama yang memiliki banyak pengikut di Bayan bersama tuan guru lainnya; yakni TGH Hazmi Azar dan TGH Safwan Hakim. Ayahnya, Tuan Guru Abdul Majid, merupakan tokoh agama dan tokoh maasyarakat yang sangat disegani, dihormati, dan kharismatik. Ayahnya juga dikenal sebagai tokoh pemberani yang pernah memimpin pertempuran melawan kaum penjajah Belanda, Jepang, serta melawan kerajaan Hindu Bali (Karangasem) yang menguasai daerah Lombok.
Sejak kecil, TGH Muhammad Zainuddin AM diakui sangat cerdas, jujur, pandai dan memiliki otak brilian. Tak mengherankan, jika Ayahnya menaruh perhatian yang khusus kepadanya yang diharapkan dapat melanjutkan kepemimpinan ayahnya sebagai tokoh masyarakat dan tokoh agama di Lombok. Pada usia 6 tahun, ia sudah fasih membaca al-Qur'an di bawah bimbingan ayahnya langsung. Pada masa inilah, ia memperdalam ilmu pengetahuan agama secara langsung dari beberapa ulama di sekitar Lombok, yakni TGH Syarafuddin di Pancor dan TGH Abdullah bin Amak Dujali Kelayu Lombok Timur. Di bawah ketiga ulama Lombok inilah, TGH Muhammad Zainuddin AM dibekali pengetahuan agama secara memadai untuk melanjutkan tradisi intelektual yang telah berkembang di Lombok.
Setelah mendapat pengetahuan agama dari ulama-ulama Lombok, TGH Muhammad Zainuddin AM dikirim ayahnya ke Mekah al-Mukarromah. Tepatnya pada usia 17 tahun, ia belajar kepada ulama-ulama Mekah tentang berbagai disiplim ilmu pengetahuan agama selama 12 tahun. Di Masjidil Haram lah, ia mula-mula belajar dengan mendapatkan guru-guru yang sudah ditentukan oleh ayahnya sendiri. Pada tahun 1928, ia melanjutkan studinya di Madrasah Ash-Shaulatiyah yang pada saat itu dipimpin oleh Syaikh Salim Rahmatullah putra Syaikh Rahmatullah, pendiri Madrasah Ash-Shaulatiyah. Madrasah ini adalah madrasah pertama di tanah suci yang banyak menghasilkan ulama-ulama besar. Di madrasah inilah, ia belajar berbagai ilmu pengetahuan agama dengan rajin di bawah bimbingan ulama-ulama terkemuka di kota suci Mekah.
Setelah menimba ilmu di Mekah, TGH Muhammad Zainuddin AM kembali kampung halamannya, Pancor, Lombok Timur untuk mengamalkan ilmu yang telah diperolehnya di Mekah sekaligus untuk mewujudkan obsesinya melanjutkan kepemimpinan orang tuanya sebagai tokoh agama yang akan menegakkan ajaran-ajaran agama. Langkah pertama yang dilakukannya adalah mendirikan Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) pada tahun 1934. Madrasah ini khusus diperuntukkan bagi santri pria (Wildan, 1998). Pendirian madrasah ini bermula dari mengumpulkan para pemuda/remaja dalam bentuk halaqah atau majlis ta'lim. Inilah barangkali cikal bakal pendidikan agama di Nusantara selama berabad-abad.
Baru pada tanggal 15 Rabiul Akhir 1362 H/21 April 1943, TGH Muhammad Zainuddin AM mendirikan Madrasah Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah (NBDI) yang dikhususkan kepada santri perempuan. Kedua madrasah ini merupakan madrasah pertama yang berdiri di Lombok. Pada gilirannya, kedua madrasah ini diabadikan menjadi nama Pondok Pesantren Darun Nahdlatain Nahdlatul Wathan (Wildan, 1998).
Hal ini tentu saja memberikan keyakinan intelektual betapa pesantren telah lama menjadi salah satu bentuk dari pendidikan agama yang pernah dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak abad ke-13 atau sebelum datangnya penjajah Barat dari berbagai penjuru daerah, termasuk di Lombok. Pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan swasta sudah sejak lama mempunyai diversifikasi dalam berbagai cabang keilmuwan (Karel A. Steenbrink, 1986) Pendidkan Jaringan Intelektual
TGH Muhammad Zainuddin AM memiliki jaringan intelektual yang luar biasa, terutama silsilah guru-guru yang didapatinya selama di Mekah al-Mukarromah. Jaringan ini mencerminkan betapa luasnya pengembaraan mencari ilmu dan matangnya keilmuwan TGH Muhammad Zainuddin AM. Silsilah keilmuwan yang diperolehnya tidak dalam satu mata rantai dalam setiap cabang keilmuwan, melainkan beberapa guru yang memiliki kemampuan dan pengetahuan agama yang luas.
Tarikh akhir 1997 menjadi masa kelabu Nusa Tenggara Barat. Betapa tidak, hari Selasa, 21 Oktober1997 M/20 Jumadil Akhir 1418 H, sang ulama karismatis, Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, berpulang ke rahmatullah sekitar pukul 19.53 Wita di kediaman beliau di desa Pancor, Lombok Timur. Tiga warisan besar beliau tinggalkan: ribuan ulama, puluhan ribu santri, dan sekitar seribu lebih kelembagaan Nahdlatul Wathan yang tersebar di seluruh Indonesia dan manca negara.
Sumber : www.lombokwisata.com