Tempat Wisata TerFaVorit

DAFTAR ISI

About Me

Foto Saya
Panorama NTB
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.

Perempuan Sasak Terakhir

Perempuan Sasak Terakhir
Film yang mempromosikan Budaya dan Pariwisata di Pulau Lombok
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Sabtu, 17 September 2011

clip_image001[1]A. Selayang Pandang

Kalau Anda mengenal sentra indrustri kerajinan seni gerabah di Desa Kasongan, Yogyakarta, maka di Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, juga ada sentra industri serupa tepatnya di Desa Banyumulek, yakni Sentra Industri Gerabah Banyumulek. Sentra kerajinan ini sudah cukup terkenal di Pulau Lombok dan pulau sekitarnya, serta telah dijadikan desa wisata andalan yang menjadi tujuan wisatawan saat mencari cenderamata/suvenir yang akan dibawa pulang ke wilayah/negeri asalnya.

Kawasan Banyumulek—yang dalam bahasa Sasak berarti air jernih—memang dikenal sebagai wilayah dengan kualitas tanah lempung nomor satu di Pulau Lombok. Maka tidak aneh, jika pengrajin gerabah banyak muncul di desa ini, dan akhirnya ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat sebagai sentra industri gerabah unggulan Nusa Tenggara Barat.

Menurut cerita yang beredar secara turun-temurun mengenai Desa Banyumulek, perempuan di desa ini digambarkan sebagai pembuat gerabah selao atau gentong yang sangat ulung, sedangkan para lelaki dewasanya kemudian menjajakan gentong tersebut dengan cara memikulnya keliling kampung. Namun, sejak pariwisata Lombok mulai berkembang (1990-an), gambaran tentang Desa Banyumulek pun mulai berubah. Tak ada lagi lelaki yang memikul gerabah keliling kampung, karena telah muncul art shop-art shop yang khusus menjual produk-produk kerajinan gerabah mereka. Sejak tahun-tahun tersebut, kerajinan gerabah Banyumulek pun mulai bervariasi dan tidak hanya membuat kerajinan gentong saja, melainkan telah mulai memproduksi jenis gerabah lain, seperti anglo, wajan, periuk, kendi, dan masih banyak lainnya.

clip_image002

Gendang Beleq adalah adalah salah satu alat musik tradisional suku sasak di lombok. Gendang beleq sendiri artinya Gendang Besar karna ukurannya memeang besar melebihi ukuran normalnya.  Gendang Beleq diciptakan untuk mengiri dan menghibur para prajurit menuju medan perang dan menyabut kedatangan dari medan perang akan tetapi dengan perkembangan zaman gendang beleq digunakan untuk menyambut kedatangan tamu.

Gendang Beleq sendiri pada dasarnya merupakan alat musik akan tetapi lebih dari itu penyajian gendang beleq merupakan seni tari yang memeliki keunikan  dan ke khas an tertentu sebagai sebuat tarian.

Gendang Beleq terdiri dari 2 orang penabug gendang, 4 atau 6 orang penari oceh/oncer ( disebut demikian karena para penari sambil menari memegang alat musik copeh yang sewaktu-waktu di mainkan mengikuti irama musik ) dan 1 orang penari petuk ( membawa alat musik petuk yang dimainkan mengikuti irama musik), Selain itu masih banyak juga alat musik yang digunakan dalam penyajian gendang beleq ini seperti suling, gong, terumpang, kenceng, oncer, pencek.

clip_image001

Kebudayaan dapat dijadikan sebagai tolok ukur kepribadian dan kebiasaan rakyat setempat atau suatu daerah. Begitu juga peresean yang merupakan permainan adat Lombok. Peresean adalah pertarungan antara dua orang yang bersenjatakan alat pemukul (sebilah tongkat) dari rotan (penjalin) dengan tameng dari bahan kulit sapi/kerbau. Peresean juga bagian dari upacara adat di pulau Lombok dan termasuk dalam seni tarian suku sasak. Seni peresean ini menunjukkan keberanian dan ketangkasan seorang petarung (pepadu), kesenian ini dilatar belakangi oleh pelampiasan rasa emosional para raja dimasa lampau ketika mendapat kemenangan dalam perang tanding melawan musuh-musuh kerajaan, disamping itu para pepadu pada peresean ini mereka menguji keberanian, ketangkasan dan ketangguhan dalam bertanding.
clip_image002[4]
Tembang merdu lantunan Purnipa memecah gumpalan kabut dan menghangatkan tubuh dari cengkraman dinginnya malam yang menyelimuti Sembalun Bumbung, desa hijau di kaki Gunung Rinjani, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB). Larik demi larik, dadanggula, sinom, dan pangkur terus berlanjut syahdu. Alunannya semakin malam kian memukau penonton; mereka terlena, hanyut dalam cengkukan-cengkukan guru lagu cerita “Jatiswara”.
Tanpa disadari, ajaran dalam tembang menjadi pegangan hidup yang mendarah daging, warisan nenek moyang. Itulah papaosan, salah satu seni bersastra yang terus hidup di dalam masyarakat Lombok hingga kini. Tembang seperti itu dalam masyarakat Bali dikenal dengan mababasan atau macapatan dalam masyarakat Jawa.
clip_image001
Tari Gandrung

1. Asal-usul

Tari Gandrung merupakan sebuah tarian yang kini berkembang di tiga daerah, yaitu Banyuwangi, Bali, dan Lombok. Meskipun memiliki kemiripan, Tari Gandrung ketiga daerah ini memiliki ciri khas tersendiri yang tidak dimiliki di daerah yang lain. Demikian pula dengan yang terjadi pada Tari Gandrung yang ada di Lombok. Meskipun Lombok dan Bali memiliki kemiripan budaya, tetapi Tari Gandrung di Lombok memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan Tari Gandrung yang ada di Bali. Inilah ciri khas dari Lombok yang tidak dimiliki di Pulau Bali. ”Lombok sering digambarkan oleh orang luar sebagai versi kecil Bali. Tetapi penduduk Lombok sendiri akan mengatakan bahwa, `Anda akan melihat Bali di Lombok, tetapi tidak akan melihat Lombok di Bali`.” (Sepora Nawadi, 1995:14). Tulisan berikut ini secara khusus akan berbicara tentang Tari Gandrung yang berada di Lombok, Nusa Tenggara Barat beserta unsur simbolis yang tersaji dalam sebuah pertunjukkan Tari Gandrung.
clip_image001
Dikutip dari buku karya karya Ir. H. Lalu Djelenga berjudul "Keris di Lombok"halaman 340 perihal / pemaje. Pemaje "Adalah alat kerja khusus tukang kayu untuk meraut. Tetapi akhir-akhir ini, bermula dari langka-nya keris, berkembang menjadi bagian dari kelengkapan berpakaian adat daerah Lombok.".

Salah seorang
pembuat pemaje L. Rahman Hadi (40) menuturkan, pemaje tidak sekedar alat atau pelengkap adat, namun pemaje juga berperan seperti keris dan mempunyai pamor seperti keris tergantung dari bahan yang digunakan untuk membuat pemaje tersebut. selain itu pemaje menyimbolkan pengganti satu tulang rusuk laki-laki yang diambilkan untuk dijadikan tulang hawa. sehingga, yang membawa pemaje di Lombok adalah kaum laki-laki dengan cara diselipkan di depan pada bagian sebelah kiri. makna filosofi lain yang dapat dipetik dari pemaje adalah: pemaje menggunakan selut(besi pada gagang) yang berasal dari kuningan, kuningan dalam bahasa sasak berasal dari kata kuninge yang artinya "jaga diri", ditarik makna bahwa membawa pemaje selain sebagai simbol lelaki, juga dapat
clip_image001Anda yang gemar dengan menu makanan pedas bertingkat-tingkat, marilah datang ke Pulau Lombok, NTB. Di Pulau ini, para pemburu pedas lega dengan menjamurnya warung nasi berlabel “Puyung” di setiap sudut kota. Nasi puyung semacam oase ditengah gempuran menu Jawa-Padang yang begitu-begitu saja.
Nama puyung diambil dari nama kampung di Kabupaten Lombok Tengah asal menu ini muncul. Kekuatan makanan ini terletak pada lauk dan penyajiannya. Nasi putih dengan lauk sambal daging ayam goreng yang dipotong kecil-kecil tanpa tulang. Ikut pula menemani taburan kedelai goreng kering dan abon.
Jika berkenan, menu semakin lengkap bersama irisan tipis mentimun, kerupuk udang dan aneka soft drink sesuai selera. Aroma khas daun pisang sebagai alas bakal semakin menggugah lapar.
Lebih dari itu,